Ada yang bilang, sekolah adalah dampak
(positif) dari paham kapitalisme. Dalam sejarahnya dikatakan, paham kapitalis
hadir karena paksaan lingkungan. Paksaan lingkungan yang dimaksud adalah
kesuksesan seseorang dilihat dari aset ekonomi yang dimilikinya. Bahkan
ektrimnya, paham ini sampai kepada penentuan seseorang masuk surga atau tidak
didasari oleh kesuksesan duniawi. Paham inilah yang akhirnya menjadikan si empu
kekuasaan berfikir untuk melipat-gandakan keuntungan. Saat seseorang memiliki
pabrik kayu, cara yang tepat untuk meningkatakan penghasilan adalah mendirikan
pabrik kayu sebanyak-banyaknya. Namun, dengan keterbatasan yang dimiliki,
pabrik harus memiliki pengelola yang mengerti cara produksi dan tentunya sesuai
dengan si empu pabrik-pabrik tersebut. Kebutuhan tenaga kerja ini akhirnya
melahirkan sebuah sistem yang memungkinkan orang lain mempelajari cara
produksi, yang tidak lain adalah pendidikan.
Dalam proses pendidikan, dalam konteks ini
adalah belajar. Sekolah digerakkan oleh guru yang menginterpretasikan ilmu
kepada siswanya. Dalam kata lain, guru hadir sebagai jembatan murid dengan
ilmu. Guru dalam mentransfer ilmu yang dimiliki menggunakan banyak media,
diantaranya adalah buku sedangknan buku berkaitan dengan kegiatan belajar. Kegiatan
belajar dapat terbagi menjadi kegiatan belajar di lingkungan sekolah dan
kegiatan belajar di luar lingkungan sekolah.
Jika dikaitkan dengan sekolah, perpustakaan
adalah sebuah pranata yang lebih mengarah kepada kegiatan belajar di luar
lingkungan sekolah. sedikit berbeda dengan kenyataannya, ada juga sekolah yang
memiliki perpustakaan. Sebab inilah, lahirnya sebuah jenis perpustakaan baru,
yakni perpustakaan sekolah.
Perpustakaan sekolah sejatinya bukan hanya
sekedar ruang penyimpanan buku. Perpustakaan sekolah yang menyimpan buku
koleksi juga dituntut untuk memenuhi fungsi utamanya yaitu memaksimalkan
keterpakaian koleksi yang dimiliki. Upaya yang dilakukan dalam memaksimalkan
koleksi yang dimiliki salah satunya adalah menjembatani siswa dengan
perpustakaan. Siswa akan dapat mengenal perpustakaan, jika ada yang mengenalkan
kepadanya. Orang yang tepat dalam mengemban tugas ini, tidak lain adalah
pustakawan. Pustakawan salah satunya bertugas untuk menghubungkan koleksi
dengan siswa sehingga pemaksimalan keterpakaian koleksi yang dimiliki
perpustakaan dapat tercapai.
Namun, realitanya apakah begitu? Pustakawan
dan perpustakaan apakah sudah menjalankan tugas sebagaimana mestinya? Atau
malah, perpustakaan dan pustakawan hanya sebauh aksesoris untuk kelengkapan
akreditasi sekolah saja? siapa yang beranggung jawab atas ini semua?
SELAMAT HARI PENDIDIKAN 2 MEI 2016. SEMOGA PENDIDIKAN DI INDONESIA SELALU BERKEMBANG BERIRINGAN DENGAN PERKEMBANGAN PERPUSTAKAANNYA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar