Senin, Mei 02, 2016

Siapa yang tau???

Ada yang bilang, sekolah adalah dampak (positif) dari paham kapitalisme. Dalam sejarahnya dikatakan, paham kapitalis hadir karena paksaan lingkungan. Paksaan lingkungan yang dimaksud adalah kesuksesan seseorang dilihat dari aset ekonomi yang dimilikinya. Bahkan ektrimnya, paham ini sampai kepada penentuan seseorang masuk surga atau tidak didasari oleh kesuksesan duniawi. Paham inilah yang akhirnya menjadikan si empu kekuasaan berfikir untuk melipat-gandakan keuntungan. Saat seseorang memiliki pabrik kayu, cara yang tepat untuk meningkatakan penghasilan adalah mendirikan pabrik kayu sebanyak-banyaknya. Namun, dengan keterbatasan yang dimiliki, pabrik harus memiliki pengelola yang mengerti cara produksi dan tentunya sesuai dengan si empu pabrik-pabrik tersebut. Kebutuhan tenaga kerja ini akhirnya melahirkan sebuah sistem yang memungkinkan orang lain mempelajari cara produksi, yang tidak lain adalah pendidikan.
Dalam proses pendidikan, dalam konteks ini adalah belajar. Sekolah digerakkan oleh guru yang menginterpretasikan ilmu kepada siswanya. Dalam kata lain, guru hadir sebagai jembatan murid dengan ilmu. Guru dalam mentransfer ilmu yang dimiliki menggunakan banyak media, diantaranya adalah buku sedangknan buku berkaitan dengan kegiatan belajar. Kegiatan belajar dapat terbagi menjadi kegiatan belajar di lingkungan sekolah dan kegiatan belajar di luar lingkungan sekolah.
Jika dikaitkan dengan sekolah, perpustakaan adalah sebuah pranata yang lebih mengarah kepada kegiatan belajar di luar lingkungan sekolah. sedikit berbeda dengan kenyataannya, ada juga sekolah yang memiliki perpustakaan. Sebab inilah, lahirnya sebuah jenis perpustakaan baru, yakni perpustakaan sekolah.
Perpustakaan sekolah sejatinya bukan hanya sekedar ruang penyimpanan buku. Perpustakaan sekolah yang menyimpan buku koleksi juga dituntut untuk memenuhi fungsi utamanya yaitu memaksimalkan keterpakaian koleksi yang dimiliki. Upaya yang dilakukan dalam memaksimalkan koleksi yang dimiliki salah satunya adalah menjembatani siswa dengan perpustakaan. Siswa akan dapat mengenal perpustakaan, jika ada yang mengenalkan kepadanya. Orang yang tepat dalam mengemban tugas ini, tidak lain adalah pustakawan. Pustakawan salah satunya bertugas untuk menghubungkan koleksi dengan siswa sehingga pemaksimalan keterpakaian koleksi yang dimiliki perpustakaan dapat tercapai.
Namun, realitanya apakah begitu? Pustakawan dan perpustakaan apakah sudah menjalankan tugas sebagaimana mestinya? Atau malah, perpustakaan dan pustakawan hanya sebauh aksesoris untuk kelengkapan akreditasi sekolah saja? siapa yang beranggung jawab atas ini semua?

SELAMAT HARI PENDIDIKAN 2 MEI 2016. SEMOGA PENDIDIKAN DI INDONESIA SELALU BERKEMBANG BERIRINGAN DENGAN PERKEMBANGAN PERPUSTAKAANNYA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar